Perkembangan Penulisan Sejarah (Historiografi) Di Indonesia
- Get link
- Other Apps
1. Historiografi Tradisional
Sesuai dengan namanya, historiografi tradisional, maka historiografi ini berasal dari masa tradisional, yakni masa kerajaan –kerajaan kuno. Penulisnya adalah para pujangga atau yang lain, yang merupakan pejabat dalam struktur birokrasi tradisional bertugas menyusun sejarah (babad, hikayat).
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Penulisan sejarah di zaman Hindu –Buddha pada umumnya ditulis di prasasti dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu di mana seorang raja memerintah, contoh kitab Arjunawiwaha zaman Erlangga, kitab Panji zaman Kameswara, serta kitab Baratayuda dan Gatotkacasraya di zaman Kediri padamasa Raja Jayabaya.
Kitab Gatotkacasraya memuat unsur javanisasi, yakni mulai muncul dewa asli Jawa, yaitu Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong). Walaupun dari segi wajah kurang, tokoh ini bijak dan memiliki kemampuan yang luar biasa.
Setelah agama Islam masuk ke Nusantara maka terjadi proses akulturasi kebudayaan yang menghasilkan bentuk baru dalam penulisan sejarah. Bentuk penulisan itu adalah mulai digunakannya kitab sebagai pengganti prasasti, contohnya, Babad Tanah Jawidan Babad Cirebon.
Penulisan peristiwa yang terjadi pada masa raja –raja Islam ditulis berdasarkan petunjuk raja untuk kepentingan kerajaan, misalkan kitab Bustanus Salatina. Kitab ini menulis sejarah Aceh, juga berisi kehidupan politik pada masa Islam di Aceh, kehidupan masyarakat, soal agama Islam, sosial, dan ekonomi.
Contoh –contoh historiografi tradisional di antaranya ialah : sejarah Melayu, hikayat raja –raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura dan masih banyak lagi.
a. Ciri –ciri Historiografi Tradisional
Adapun ciri –ciri dari historiografi tradisonal adalah sebagai berikut.
1) Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2) Bersifat feodalistis –aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi –segi social dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal –hal yang gaib.
4) Tidak begitu membedakan hal –hal yang khayal dan hal –hal yang nyata.
5) Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi.
Oleh karena itu banyak mitos, bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/ titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar, sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah,sebab raja segalanya).
Dalam konsep kepercayaan Hindu bahwa raja adalah"mandataris dewa", sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6) Bersifat region –sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita –cerita gaib atau cerita –cerita dewadi daerah tersebut.
7) Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan charisma (bertuah, sakti).
b. Hal –hal yang harus diperhatikan dalam Penulisan Sejarah Tradisional
Penulisan sejarah tradisional pada umumnya lebih menekankan pada beberapa hal berikut.
1) Hanya membahas aspek tertentu, misalnya, hanya aspek keturunan (genealogi saja) atau hanya diutamakan aspek kepercayaan (religius saja).
2) Hanya membicarakan peristiwa tertentu yang dianggap penting dan perlu ditanamkan di tengah masyarakatnya untuk kepentingan istana belaka.
3) Mengedepankan sejarah keturunan dari satu raja kepada raja berikutnya.
4) Sering sejarah tradisional hanya memuat biografi tokoh –tokoh terkemuka di masa kekuasaannya.
5) Sejarah tradisional menekankan pada struktur bukan prosesnya.
Jadi, dalam penulisan sejarah tersebut tradisi masyarakat dan peran tokoh sangat diutamakan sebab adanya gambaran raja kultus dalam penulisannya, seperti di zaman Raja Kertanegara. Namun, penulisan sejarah tradisional sangat berarti bagi penelusuran sejarah di masa lalu.
2. Historiografi Kolonial
Pembicaraan mengenai perkembangan historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan buku –buku historiografi yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial. Tidak dapat disangkal bahwa historiografi kolonial turut memperkuat proses historiografi Indonesia.
Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peranan bangsa Belanda dan memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi.
Hal ini merupakan perkembangan logis dari situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan utama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga –lembaganya.
Jika dalam sejarah Belanda-sentris menonjolkan peranan VOC sebagai ”pemersatu” dalam menuliskan sejarah Hindia –Belanda (Indonesia) maka dalam pandangan Indonesia –sentris hal itu akan berbeda.
Kehadiran bangsa Barat pada umumnya, Belanda pada khususnya, sengaja atau tidak sengaja mendorong ke arah integrasi.
Penulisan sejarah kolonial adalah penulisan sejarah yang bersifat eropasentris.Tujuan penulisan ini adalah untuk memperkukuh kekuasaan mereka di Nusantara.
Penulisan sejarah yang berfokus barat ini jelas merendahkan derajat bangsa Indonesia dan mengunggulkan derajat bangsa Eropa, misalnya, pemberontakan Diponegoro dan pemberontakan kaum Padri. Tokoh tersebut oleh bangsa Eropa dianggap pemberontak, sedangkan Daendels dianggap sebagai figur yang berguna.
Tulisan mereka dianggap sebagai propaganda penjajahan serta pembenaran penjajahan di Indonesia. Padahal, kenyataannya adalah penindasan.
Akan tetapi, ada juga penulis Eropa yang cukup objektif, misalnya, Dr. Van Leur dengan karya tulisan Indonesian Trade and Societydan karya Dr. Schrieke, Indonesia Sociological Studies, yang memaparkan perdagangan dan masyarakat Nusantara.
Dasar pemikiran sarjana Belanda tersebut dirumuskan kembali secara sistematik oleh Dr. Sartono Kartodirdjo dengan pendekatan multidimensional, yaitu pendekatan dalam penulisan sejarah dengan beberapa ilmusosial, ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
Contoh historigrafi kolonial, antara lain sebagai berikut.
1)Indonesian Trade and Society karangan Y.C. Van Leur.
2)Indonesian Sociological Studies karangan Schrieke
3)Indonesian Society in Transition karangan Wertheim.
3. Historiografi Modern
fakta sejarah secermat mungkin dan mengadakan rekonstruksi sebaik mungkin serta menerangkannya setepat mungkin, mendorong tumbuhnya historiografi modern.
Di samping mempergunakan metode yang kritis, historiografi modern juga menerapkan penghalusan teknik penelitian dan memakai ilmu –ilmu bantu baru yang bermunculan.
Oleh karena itu, secara bertahap berbagai ilmu bantu dalam pengerjaan sejarah berkembang mulai dari penguasaan bahasa serta keterampilan membaca tulisan kuno (epigrafi) sampai dengan numismatik, yang mempelajari mata uang kuno, dan yang mempelajari permasalahan arsip –arsip.
Dengan demikian, bukan saja ketepatan pengujian bahan sumber harus selalu diperhalus, metode –metode baru dalam pengumpulan sumber (heuristik) harus pula dikembangkan.
Misalnya, kalau bahan –bahan tertulis telah habis, sedangkan usaha untuk mendapatkan rekonstruksi sejarah yang relatif utuh belum tercapai maka dikembangkan apa yang disebut dengan sejarah lisan.
Dengan sejarah lisan, teknik wawancara terhadap para pelaku atau saksi sejarah dan sistem klasifikasi dalam penyimpanannya perlu pula selalu disempurnakan, sedangkan bila untuk dipertimbangkan sebagai bahan penulisan sejarah maka diperlukan metodologi dan alat analisis disertai dengan ilmu bantu sejarah yang memadai.
4. Historiografi Nasional
Usaha perintisan penulisan sejarah nasional muncul setelah Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh penulisan sejarah yang ada merupakan penulisan sejarah yang dilakukan pada zaman kolonial dan bersifat Belanda sentris.
Penulisan sejarah nasional adalah penulisan sejarah yang bersifat Indonesia sentris, dengan metodologi sejarah Indonesia dan pendekatan multi dimensional. Jadi, penulisannya dilihat dari sisi kepentingan nasional.
Historiografi nasional dirintis oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. Dalam historiografi nasional akan terungkap betapa pedihnya keadaan di zaman pergerakan nasional Indonesia oleh penjajahan barat sehingga membangkitkan semangat rakyat untuk merdeka.
Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada; sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik,ekonomi, sosial maupun budaya.
a. Ciri –ciri Historiografi Nasional
Dengan demikian maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat –sifat atau ciri –ciri sebagai berikut.
1) Mengingat adanya character and nation-building.
2) Indonesia sentris.
3) Sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
4) Disusun oleh orang –orang atau penulis –penulis Indonesia sendiri,mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat –syarat ilmiah.
Historiografi nasional juga akan mengungkapkan bagaimana mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah teraihpada 17 Agustus 1945 itu agar menjadi negara yang maju dan dihormati bangsa lain.
b. Pendekatan dalam Perkembangan Penulisan Sejarah
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam perkembangan penulisan sejarah sebagai berikut.
1) Pendekatan sosiologi untuk melihat segi sosial peristiwa yang dikaji, misalnya, golongan masyarakat mana yang memelopori.
2) Pendekatan antropologi untuk mengungkapkan nilai yang mendasari perilaku para tokoh sejarah, status, gaya hidup, dan sistem kepercayaan.
3) Pendekatan politik untuk menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, tingkat sosial, dan pertentangan kekuasaan.
Contoh historiografi nasional, antara lain sebagai berikut.
1) Sejarah Perlawanan –Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo.
2) Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
3) Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
4) Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution, dan masih banyak lagi.
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment