Pengertian & Contoh Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

Sebagai salah satu ilmu sosial, sejarah berbicara tentang masyarakat manusia dalam perspektif waktu, berbicara tentang masalah-masalah yang telah dihadapi oleh masyarakat dalam interaksi mereka satu sama lain, dan bagaimana mereka telah berhasil atau gagal dalam menghadapi dan mengatasinya. Untuk mempermudah dalam mempelajari sejarah, maka konsep sejarah dibagi menjadi empat bagian, yaitu sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni. Berikut pengertian dan contoh keempat konsep tersebut.

1. Sejarah Sebagai Peristiwa
R. Moh. Ali dalam Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto, yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu atau masa yang lampau. Sejarah sebagai peristiwa, berarti suatu kejadian di masa lampau, sesuatu yang sudah terjadi, dan sekali jadi (einmalig), tidak bisa diulang. Sejarah sebagai peristiwa adalah suatu kenyataan yang objektif, artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia. Kenyataan ini ada dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya.

Sejarah sebagai peristiwa maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa.

Peristiwa sejarah terjadi dalam ruang lingkup yang beragam. Mulai dari ruang lingkup yang lebih kecil sampai kepada ruang lingkup yang lebih besar. Ruang lingkup secara administratif pemerintahan bisa mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, negara, dan dunia. Sebuah peristiwa sejarah bisa saja terjadi hanya di negara tertentu saja, misalkan bagaimana perubahan pada masyarakat di Inggris dengan adanya Revolusi Industri, apakah mereka tetap menjadi buruh atau pekerjaan lainnya.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah, dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
A. Peristiwa sosial
Peristiwa sosial merupakan sejarah yang terjadi atau timbul dapat disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan sesuatu yang bersifat universal, dan akan selalu terjadi di berbagai tempat, kondisi, ataupun situasi yang berbeda.

Perubahan ini terkait dengan lokasi, manusia, serta sisi fungsional dari unsur-unsur lama dan unsur-unsur baru, serta kondisi lingkungan yang ada. Perubahan sosial yang terjadi masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
 Adanya penemuan-penemuan baru
Menurut Ogburn dan Nimkoff penemuan-penemuan baru adalah penciptaan pengelompokan individu-individu yang baru, atau penciptaan adat istiadat baru, maupun suatu perilaku sosial yang baru. Akan tetapi yang terpenting adalah akibatnya terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan akibat lanjutnya pada bidang-bidang kehidupan lain.

Penemuan-penemuan baru dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan inventionDiscovery adalah penemuan unsur kebuadayaan baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian cipataan individu.

Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Seringkali proses dari discovery sampai ke invention membutuhkan suatu rangkaian pencipta-pencipta. Penemuan-penemuan baru ini misalnya, ideologi baru, aliran-aliran kepercayaan yang baru, sistem hukum yang baru dan seterusnya.

 Pertambahan dan berkurangnya jumlah penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat misalkan di Pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam stuktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misalkan, orang mengenal hak milik idividual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan perpindahannya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain, misalnya urbanisasi.

 Terjadi pemberontakan atau revolusi
Contohnya revolusi Rusia pada tahun 1917.

 Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Contohnya dalam Perang Dunia I dan II banyak sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya. Perang Dunia I memberikan dampak yang buruk bagi negara yang kalah maupun sebaliknya bagi negara pemenang perang. Tidak ada perang yang berakibat kemakmuran, tetapi sebaliknya adalah kesengsaraan. Inilah yang dialami Jerman sesudah Perang Dunia I.
perang dunia 1 merupakan contoh sejarah sebagai kisah
Ilustrasi Perang Dunia I
Industri kacau, pengangguran meningkat, nilai mata uang merosot, perdagangan terhenti. Hal yang sama juga dirasakan oleh negara sekutu Jerman. Perang Dunia II telah berakhir kemenangan mutlak di pihak negara-negara Sekutu. Ternyata peperangan yang baru berakhir ini merupakan peperangan yang terdahsyat yang pemah dikenal umat manusia.

Penggunaan senjata-senjata termodern ketika itu menimbulkan kerugian dan kehancuran material yang sangat besar, pada pihak yang kalah maupun pada pihak yang menang, korban manusia yang tewas, meliputi berpuluh juta, belum lagi terhitung mereka yang luka luka dan cacat.

Rumah-rumah penduduk pun banyak yang hancur. Banyak daerah-daerah yang demikian menderitanya, sehingga rakyatnya memerlukan bantuan makanan dan pakaian segera, jika tidak dicegah, jatuhnya korban akan lebih banyak lagi.

B. Peristiwa ekonomi
Peristiwa ekonomi merupakan peristiwa yang menggambarkan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi. Ciri utama dari kegiatan ekonomi adalah adanya produksi dan pertukaran hasil produksi dalam bentuk kegiatan jual beli.

Produk yang diperjualbelikan bisa berbentuk barang atau jasa. Peristiwa ekonomi sebagai sejarah masyarakat manusia Indonesia dimulai sejak zaman kuno, zaman hindu-buddha, zaman Islam, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, dan zaman kontemporer. Kita ambil contoh peristiwa ekonomi pada masa kuno yaitu perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.

C. Peristiwa politik
Peristiwa politik biasanya peristiwa kehidupan manusia yang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan dapat berhubungan dengan penguasa, negara, pemerintahan, keputusan-keputusan pemerintah, partai politik, undang-undang, keterlibatan masyarakat dalam politik misalnya pemilu, dan lain-lain. Penguasa bisa seorang raja, presiden, pemimpin partai.

Terdapat pula orang-orang tertentu yang bukan penguasa tetapi memiliki pengaruh terhadap kekuasaan, yang biasanya orang-orang tersebut dikatagorikan sebagai “orang-orang besar”, misalkan seorang tokoh masyarakat yang memiliki kharisma di mata masyarakatnya.

Dalam sejarah Indonesia, salah satu peristiwa politik tersebut dapat dilihat dalam jatuhnya pemerintahan Orde Baru atau rezim Suharto pada tahun 1998. Cerita di bawah ini akan menggambarkan bagaimana proses jatuhnya pemerintahan Suharto yang dikutip dari berbagai sumber.
Jatuhnya Suharto Tahun 1998
Turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada bulan Mei 1998 sungguh mencengangkan semua pihak. Mundurnya Soeharto dari kursi presiden didorong oleh beberapa faktor. Pertama, semakin memburuknya situasi ekonomi saat itu. Berdasarkan analisis Hall Hill munculnya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi sejak Juli 1997 merupakan persoalan yang secara signifikan menyebabkan jatuhnya Soeharto. Krisis yang awalnya dipengaruhi oleh terjadinya krisis ekonomi di Thailand, kemudian menimbulkan ketakutan para investor untuk melakukan bisnisnya tidak hanya di Thailand tetapi juga di negara Asia Tenggara. Kedua, setelah terpilih sebagai presiden Soeharto untuk yang ketujuh kalinya, justru menunjukkan sikap yang sulit dimengerti. Ketiga, gencarnya tuntutan reformasi dari mahasiswa dan pemimpin oposisi seperti Amin Rais, Megawati, dan Abdurrahman Wahid. Keempat, perpecahan elit di tubuh ABRI/TNI. Masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi jatuhnya pemerintahan Soeharto

2. Sejarah Sebagai Kisah

R. Moh. Ali dalam Ismaun menyatakan sejarah sebagai kisah ialah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadiankejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai kisah merupakan hasil rekonstruksi dari suatu peristiwa oleh para sejarawan.

Menurut Ismaun bagi orang kebanyakan, sejarah yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah sejarah sebagai cerita. Secara tertulis cerita sejarah dapat dibaca dalam buku-buku sejarah baik buku-buku pelajaran, karya ilmiah atau buku-buku sejarah, untuk perguruan tinggi, majalah dan surat-surat kabar.

Sejarah lisan dapat didengarkan dari narasi, ceramah, percakapan-percakapan, penyajian pelajaran sejarah di sekolah-sekolah atau kuliah-kuliah diperguruan tinggi dan dari siaran radio atau televisi. Juga dapat menyaksikan dalam sandiwara dan film.

Sejarah sebagai kisah ialah ceritera berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa atau kenyataan sejarah sifatnya objektif. Sedangkan sejarah sebagai kisah dapat menjadi subjektif, karena sejarah sebagai kisah adalah sejarah sebagaimana dituturkan, diceritakan oleh seseorang.

Sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sejarah sebagai kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan misalnya penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh sesorang maupun sekelompok tentang peristiwa yang telah terjadi. Bentuk tulisan sejarah sebagai kisah dapat berupa catatan-catatan atau buku-buku sejarah yang menceritakan tentang kejadian yang telah terjadi.

Ada kebiasaan pada orang-orang tertentu mencatat dalam buku hariannya tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya, seorang pejuang perempuan RA Kartini, mencatat bagaimana langkah-langkah yang dia lakukan untuk meningkatkan emansipasi perempuan Indonesia.

3. Sejarah Sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu baru lahir pada awal abad ke-20. Pada waktu itu tengah terjadi perdebatan ilmiah di antara ilmuwan tentang sejarah. Perdebatan ini terjadi di Jerman pertama kali, melibatkan para ahli filsafat dan sejarawan. Yang diperdebatkan adalah apakah sejarah dapat digolongkan sebagai cabang ilmu pengetahuan atau merupakan sebuah seni.

Ilmu sejarah sendiri sudah mulai berkembang pada abad ke- 19, seiring dengan perkembangan ilmu dan sains yang lainnya. Pengetahuan sejarah ini mencakup kondisi atau situasi manusia pada suatu masa yang hidup dalam jenjang sosial tertentu. Ilmu sejarah berusaha mencari hukum-hukum yang mengendalikan manusia dan kehidupannya dan juga mencari penyebab timbulnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia.

Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan hendaknya dibahas dan dibuktikan secara keilmuan (ilmiah). Untuk membuktikan keilmiahannya, dalam menganalisis sejarah seyogyanya digunakan berbagai standar dan metode-metode ilmiah. Dengan demikian, kesahihan penelitian sejarah dapat dipertanggung-jawabkan secara moral dan keilmuwan.


Oleh karena itu, ketika akan mempelajari sebuah objek sejarah maka harus dibuat metode ilmiah secara sistematis dengan tujuan memperoleh kebenaran sejarah. Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of Knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.

Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau.

Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu juga menjelaskan pengetahuan tentang masa lalu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.

Ada beberapa ciri ketika sejarah dikategorikan sebagai ilmu, yaitu sebagai berikut:
A. Empiris
Sejarah sangat berkaitan dengan pengalaman manusia. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dari peninggalan-peninggalan sejarah lainnya. Sumber-sumber tersebut kemudian diteliti oleh para sejarawan untuk bisa dijadikan fakta. Fakta-fakta itulah yang kemudian diinterpretasikan dan dilakukan penulisan sejarah.
B. Memiliki Objek
Setiap ilmu pengetahuan tentunya harus memiliki tujuan dan objek materi atau sasaran yang jelas dan memiliki perbedaan dengan dengan ilmu yang lain. Sebagai mana umumnya ilmu-ilmu lain, yang menjadi objek dalam kajian sejarah adalah manusia dan masyarakat pada kurun waktu tertentu.
C. Memiliki Teori
Ilmu pengetahuan sosial pada umumnya memiliki teori-teori tertentu. Sejarah mempunyai teori yang berisi yang berisi kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Seperti misalnya teori yang dikemukakan oleh Arnold Toynbee mengenai teori Challenge and Response.
D. Memiliki Metode
Dalam rangka penelitian, sejarah mempunyai metode tersendiri dengan melakukan pengamatan yang sistematis. Ini untuk menghindari suatu pernyataan tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat maka pernyataan tersebut itu bisa ditolak. Dengan menggunanan metode sejarah yang tepat seorang sejarawan bisa meminimalisir kesalahan dan dapat membuat kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan.

4. Sejarah Sebagai Seni
Satu pertanyaan yang terbersit dalam pemikiran kita setelah kita mengetahui bahwa sejarah merupakan ilmu tersendiri karena berbagai kriteria yang dimilikinya, yaitu mengapa sejarah juga sebagai seni? Apabila seseorang menulis (sejarah sebagai kisah), berdasarkan jejak-jejak masa lampau yang berupa sumber-sumber yang telah diseleksi secara ilmiah, maka sumber itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah.

Hasil penelitian terhadap sumber-sumber itu barulah menjadi bahan-bahan dalam penyusunan penulisan sejarah sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atau deretan angka-angka tahun serta catatan-catatan peristiwa itu semuanya baru merupakan kronik, dan bukan sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah dengan menggunakan metode sejarah.

Dengan demikian jelas bahwa, meskipun seseorang menulis suatu kisah/sejarah berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan itu bukan dalam data, atau pun sumbernya, tetapi penafsirannya dan penyimpulannya. Sebab latar belakang penulis juga ikut mewarnainya, seperti pendidikan, falsafah hidupnya, dan pengalaman, begitu juga penuturannya.

Jadi meskipun sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi penyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa, dan seni penulisan. Maka kita cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni, tetapi yang benar-benar seni juga tidak, sebab proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya sumber sejarah bersifat ilmiah, tetapi dalam taraf penulisannya sejarah bersifat seni.

Sejarah dikatakan sebagai seni karena penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, dan tidak membosankan.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Bangsa Secara Politis, Sosiologis dan Antropologis Serta Contohnya

3 Sifat Negara (Memaksa, Monopoli & Mencangkup Semua) Pengertian dan Contohnya Lengkap