Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Setelah Mengenal Aksara
- Get link
- X
- Other Apps
Tradisi sejarah masyarakat Indonesia berkembang pula pada masa aksara, yaitu masa ketika masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan. Pada masa aksara, tradisi sejarah direkam melalui tulisan sehingga lahirlah rekaman tertulis. Rekaman tertulis ini pun, sama halnya dengan tradisi masa praaksara, yaitu tumbuh dan berkembang melalui pewarisan dalam masyarakat.
1. Perkembangan sejarah setelah mengenal aksara
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan – Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan sampai di Irian/ Papua ternyata membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sejarah kehidupan bangsa Indonesia.
Adanya beraneka ragam budaya daerah yang muncul di tengah –tengah perkembangan masyarakat yang masih dapat dirasakan oleh masyarakat nusantara pada masa kini.
Masyarakat Deutero Melayu yang telah berkembang menjadi bangsa Indonesia itu telah memiliki kemajuan di berbagai bidang, antara lain, sebagai berikut :
1) Dalam bidang pemerintahan, mereka menganut asas demokrasi melalui musyawarah untuk menentukan pimpinan mereka, bentuk organisasi kemasyarakatan yang ada adalah kesukuan. Kepala suku dipilih dari orang yang memiliki kemampuan tertinggi (primus inter pares).
2) Dalam bidang ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan diupayakan dengan menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter), hidup gotong royong dalam mengerjakan sawah, berkelompok, dan semua hak milik digunakan bersama.
3) Kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme.
Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa perkembangan bagi kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu dan berkembang sampai sekarang misalnya dalam bidang pemerintahan, budaya, sosial, dan kepercayaan.
1) Dalam bidang pemerintahan
Kontak dengan India ternyata membawa pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam pemerintahan.
Masyarakat Nusantara yang semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya pengaruh hinduisme ke dalam masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk kerajaan.
Kekuasaan raja diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih rakyat sehingga rakyat menerima saja. Namun, raja yang lemah pasti segera jatuh digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.
2) Dalam bidang budaya
Hasil karya budaya Nusantara yang mengagumkan dan memiliki seni yang tinggi, misalnya, candi Borobudur yang menjadi kebanggaan dunia dan relief pada dinding candi yang melebihi kehebatan orang India.
Misalnya, relief Ramayana pada candi Prambanan. Begitu juga munculnya seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Nusantara seperti cerita Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab Gatotkacasraya yang telah memuat unsur javanisasi.
3) Dalam bidang social
Pranata sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa sebagai satu kelompok masyarakat. Penerapan aturan untuk membina masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya bersifat gotong royong.
4) Dalam kepercayaan
Nenek moyang yang sudah memiliki kepercayaan asli (animisme, dinamisme) mulai mengenal agama Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun telah menyembah Dewa Hindu atau Buddha, mereka tetap bersesaji untuk memuja roh (sesuai keyakinan animisme dan dinamisme).
2. Perkembangan rekaman tertulis
Kisah sejarah tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan dapat dipelihara terus sehingga mampu untuk mengisahkan kembali peristiwa dari jejak –jejak pada masa lampau.
Jejak sejarah dapat dibedakan menjadi dua.
1) Jejak historis, yaitu jejak sejarah yang menurut sejarawan memiliki atau mengandung informasi tentang kejadian –kejadian yang historis sehingga dapat digunakan untuk menyusun penulisan sejarah.
2) Jejak nonhistoris, yaitu suatu kejadian pada masa lampau yang tidak memiliki nilai sejarah.
Jejak historis yang berwujud tulisan merupakan rekaman tertulis tradisi masyarakat pada masa lalu. Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi sumber tertulis sezaman dan setempat, sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat, dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.
1) Sumber tertulis sezaman dan setempat
Sumber tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang mengalami peristiwa itu, atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak lama setelah peristiwa itu terjadi. Sumber setempat maksudnya adalah penulisannya di dalam negeri sendiri.
Contoh sumber tertulis sezaman dan setempat adalah prasasti. Prasasti berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang –undangan yang memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi.
Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut epigraphy.
Adapun macam –macam prasasti yaitu :
a. Prasasti Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut bukti prasasti yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia.
Prasasti Kutai itu berbentuk tugu atau yupa yang berbahasa sanskerta dan huruf pallawa. Dalam salah satu prasasti dinyatakan nama –nama raja seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman sebagai peringatan upacara kurban.
Dilihat dari bentuk tulisan pada yupa diduga prasasti itu dibuat pada abad ke-5 Masehi.
b. Prasasti Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Adanya kerajaan tertua di Pulau Jawa ini, didukung oleh beberapa prasasti, seperti :
(1) Prasasti Ciaruteun/Ciampea (Bogor)
Prasasti Ciaruteun ditemukan di dekat muara Cisadane. Prasasti itu ditulis pada sebuah batu besar disertai cap sepasang telapak kaki. Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain:
Ini bekas sebuah kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia.
(2) Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
Prasasti ini ditemukan di Cibungbulang, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat gambar dua telapak gajah yang disamakan dengan telapak gajah Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain:
Di sini tampak sepasang dua telapak kaki.... yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dan ... kejayaan.
(3) Prasasti Tugu (Cilincing, Jakarta)
Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini merupakan prasasti Tarumanagara yang terpanjang dan terpenting. Isinya antara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (lebih kurang 11 Km), yang bernama Gomati.
Penggalian itu dilakukan pada tahun ke−22 pemerintahan Raja Purnawarman. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai, diadakan selamatan di mana raja memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Di samping itu, prasasti tugu menyebutkan penggalian sungai bernama Candrabaga.
(4) Prasasti Muara Cianten (Bogor)
Prasasti ini ditulis dengan huruf ikal dan belum dapat di-baca.
(5) Prasasti Jambu (Leuwiliang)
Prasasti ini ditemukan di Bukit Koleangkak, termasuk perkebunan Jambu, kira−kira 30 km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman.
(6) Prasasti Lebak (Banten)
Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Prasasti ini hanya terdiri atas dua baris kalimat. Corak tulisan mirip dengan tulisan pada prasasti Tugu. Isinya memuji kebesaran dan keagungan Raja Purnawarman.
Sumber prasasti Tarumanagara dibuat dengan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Dari salah satu prasasti diketahui Raja terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman. Hal itu seperti diungkapkan dalam prasasti Ciaruteun, yaitu:
”Ini adalah dua tapak kaki Raja Purnawarman raja dari negeri Taruma, raja yang gagah berani”.
Purnawarman pun dikenal sebagai raja yang memperhatikan masalah pertanian dan peternakan yang diungkapkan dalam prasasti Tugu.
c. Kerajaan Sriwijaya
Prasasti –prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya antara lain:
(1) Prasasti Kedukan Bukit
Isi Prasasti menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada-kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan mem-bawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.
(2) Prasasti Talang Tuwo
Isi prasasti menyatakan pembuatan taman bernama Sriksetra. Taman itu dibuat oleh Dapunta Hyang untuk kemakmuran semua makhluk.
(3) Prasasti Telaga Batu
Isi prasasti menyatakan kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.
(4) Prasasti Kota Kapur
Isi prasasti menyatakan usaha Kerajaan Sriwijaya untuk menaklukkan Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya.
(5) Karang Berahi
Isi kedua prasasti menyatakan permintaan dewa agar menjaga Kerajaan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
Isi prasasti membawa kita pada kesimpulan sebagai berikut.
(a) Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Ke-rajaan Sriwijaya pada tahun 683 M. Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang.
(b) Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Pulau Bangka dan Melayu.
Prasasti ada yang terbuat dari batu (disebut Caila Prasasti), dari logam, ataudari batu bata. Wujud prasasti yang berupa batu (Caila Prasasti) terdiri atas:
a) batu biasa (batu kali) disebut natural stone;
b) batu lingga (batu lambang Siwa);
c) pseudo lingga (lingga semu), biasanya berupa batu patok atau batu pembatas;
d) batu yoni (lambang isteri Siwa), biasanya juga disebut lambang wanita.
Adapun prasasti dari logam terbuat dari tembaga, perunggu, atau emas. Prasasti dari perunggu, misalnya, prasasti dari Airlangga, yakni prasasti Calcutta.
Prasasti yang berupa batu bata disebut juga Terra Cotta. Prasasti dari batu bata inidi Indonesia hanya sedikit sekali kita dapatkan. Contohnya adalah prasasti di candi Sentul.
Berdasarkan bahasa yang digunakan, prasasti dibedakan menjadi empat.
a) Prasasti berbahasa Sanskerta, misalnya, prasasti Kutai, prasasti Tarumanegara,prasasti Tuk Mas, prasasti Canggal (sumber sejarah Mataram Hindu), RatuBoko, Kalasan, Kelurak, Plumpungan, dan Dinoyo.
b) Prasasti perpaduan bahasa antara Jawa Kuno dengan Sanskerta, misalnya,prasasti Kedu, prasasti Randusari I dan II, dan prasasti Trowulan I, II, III, IV.
c) Prasasti perpaduan bahasa Melayu Kuno dengan Sanskerta, misalnya prasastiKota Kapur di Sriwijaya, prasasti Gondosuli, prasasti Dieng, dan prasastiSajomerto (Pekalongan).
d) Prasasti perpaduan bahasa Bali Kuno dengan Sanskerta.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment