Nilai Peninggalan dan Perkembangan Budaya (Bacson, Hoa –Bihn, Dongson, Sahuyinh, India) Pada Masa Pra –Sejarah Indonesia
- Get link
- X
- Other Apps
A. Nilai Peninggalan Budaya Masa Pra –Sejarah Indonesia
Nilai –nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep –konsep umum tentang masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep –konsep umum dan penting itu hingga kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai –nilai budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan –kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan musim untuk keperluan pertanian.
2. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak di tengah –tengah wilayah yang dikuasainya.
Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun –alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan –bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota –kota lama.
3. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya aturan –aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa –desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat memilih seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.
4. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
7. Seni Logam
Seni membuat barang –barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdue adalah cara membuat barang –barang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya.
Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang –barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
Penemuan beraneka ragam bentuk benda –benda budaya masyarakat Indonesia dari masa prasejarah memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, sebagai generasi penerus kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara dan mempertahankan benda –benda budaya sampai kepada anak –cucu kita dengan seutuhnya: Benda –benda budaya itu sebagian besar disimpan pada museum –museum sejarah yang terdapat di seluruh Indonesia, juga masih ada yang terdapat dalam kandungan bumi di seluruh wilayah Indonesia yang belum berhasil diangkat.
B. Perkembangan Budaya Bacson, Hoa –Bihn, Dongson, Sahuyinh, dan India
1. Budaya Bacson, Hoa-Bihn, Dongson
Pada zaman pra sejarah daerah kawasan Asia Tenggara merupakan satu kesatuan daerah kebudayaan, yaitu jenis kebudayaan batu muda (Neolitikum) dengan pusatnya di Bacson dan Hoa –Bihn, dan jenis kebudayaan perunggu dengan pusat di Dongson.
Diperkirakan kebudayaan Indonesia juga sudah memiliki hubungan dengan kebudayaan luar. Hubungan dengan luar ini memberikan perkembangan terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Bukti yang menunjukkan adanya hubungan tersebut dapat dilihat dari alat –alat yang dihasilkan.
Kebudayaan neolith dari Bacson dan Hoa –Bihn ini sisa –sisanya banyak dijumpai dalam bentuk kapak lonjong dan kapak persegi, pebble (kapak Sumatra) dan kapak genggam, termasuk juga dalam bentuk perhiasan –perhiasan dari jenis batu indah. Kebudayaan ini oleh Madame Madelene Colani, seorang ahli pra sejarah Perancis dinamakan kebudayaan Bacson Hoa –Bihn.
Disebut demikian karena pusat perkembangannya terutama di daerah Bacson –Hoa –Bihn, Tonkin. Penyelidikan menunjukkan bahwa di daerah tersebut diduga merupakan pusat kebudayaan hidup menetap (Mesolitikum) Asia Tenggara, dan dari situ tersebar ke berbagai jurusan.
Selain hasil kebudayaan, banyak pula ditemukan tulang –belulang manusia. Ternyata bahwa pada waktu itu Tonkin didiami terutama oleh dua golongan bangsa, yakni jenis ras Papua Melanesoid dan jenis ras Europaeid. Di sampingitu, ada pula jenis ras Mongoloid dan Austroloid.
Ras Papua Melanesoid ini mempunyai penyebaran yang paling luas di daerah selatan, yakni di Hindia Belakang, Nusantara, sampai di pulau –pulau Lautan Teduh. Bangsa inilah yang berkebudayaan alat –alat Mesolotikum yang belum diasah (pebbles), sedangkan kecakapan mengasah (proto-neolitikum) rupa –rupanya hasil pengaruh dari ras Mongoloid yang sudah lebih tinggi peradabannya.
Sejalan dengan persebaran ras Melanesoid ke wilayah selatan, maka kebudayaan neolith ini pun terbawa pula sehingga sisa alat –alat ini banyak diketemukan di kepulauan Nusantara, Filipina, Formusa, Melanesia, Micronesia dan kepulauan di lautan teduh. Demikian juga kebudayaan perunggu dari Dongson, sisa –sisanya pun yang berupa: nekara, bejana perunggu, kapak corong, moko dan sebagainya banyak di jumpai di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Seperti telah dikemukakan di atas, kebudayaan Mesolitikum di negeri kita asalnya dari daerah Bascon Hoabinh. Akan tetapi, di sana tidak ditemukan flakes, sedangkan dari abris sous roche banyak sekali flakes itu.
Demikian pula di Pulau Luzon (Pilipina) ditemukan flakes, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan flakes datangnya dari daratan asia melalui Jepang, Formusa dan Pilipina. Hal ini diperkuat kenyataan bahwa di Sumatra Timur, Malaysia Baratdan Hindia Belakang tidak juga ditemukan flakes.
Tempat –tempat temuan berbagai alat Mesolitikum dan peta penyebarannya
Maka rupanya di Jawa dan Sulawesi bertemulah dua macam aliran kebudayaan Mesolitikum itu, yakni:
a. Kebudayaan Bascon Hoabinh dengan pebble dan alat –alatnya dari tulang yang datang melalui jalan Barat, dan
b. Kebudayaan flakes yang datangnya melalui jalan Timur.
2. Budaya Sahuyinh
Perkembangan kebudayaan Sahuyinh berkaitan dengan pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah pada zaman perundagian masih dianggap penting, walaupun sudah berkembang teknik penuangan logam. Sahuyinh merupakan kompleks penemuan gerabah di Vietnam.
Karakteristik gerabah yang ditemukan di Sahuyinh yaitu memiliki teknik “tatap –batu”. Tatap itu dibalut dengan tali (digulung dengan tali) sehingga hiasan yang dihasilkan oleh tatap berupa pola tali. Pola hias yang dimilikinya yaitu berupa pola tali, pola keranjang (anyaman), pola geometrik yang dilakukan dengan menggores, pengumpaman permukaan gerabah, dan pengolesan gerabah dengan warna merah danputih.
Gerabah kadang –kadang dihias dengan cara menekankan pinggiran kulit kerang pada permukaan yang masih basah. Pola –pola geometrik sering kali disusun dalam komposisi pita –pita yang horizontal atau vertikal pada dinding gerabah. Teknik pembuatannya dengan pemakaian roda pemutar.
Gerabah yang ditemukan di Sahuyinh memiliki kesamaan pola yang ditemukan di Indonesia. Kesamaan pola tersebut terutama terdapat pada penemuan di kompleks gerabah Buni Bekasi, Gilimanuk di Bali, dan Kalumpang pinggir sungai Karama di Sulawesi.
3. Budaya India
Kehidupan masyarakat Indonesia menjelang pengaruh budaya India, masyarakat telah memiliki tata kehidupan yang teratur dan kebudayaan yang cukup tinggi.
Masyarakat telah mengenal bercocok tanam; pelayaran dengan perahu bercadik; penguasaan pengetahuan perbintangan (astronomi) baik untuk keperluan berlayar maupun bertani, yakni dengan penentuan tanam yang tepat; Pola kehidupan dengan rumah panggung, telah dibuatnya bangunan –bangunan dari batu besar (megalith), memiliki kepercayaan animisme (kepercayaan bahwa semua benda memiliki roh) dan dinamisme (kepercayaan bahwa semua benda memiliki kekuatan gaib) sebagai suatu ciri masyarakat yang telah memiliki kebudayaan yang tinggi.
Nenek moyang kita telah mengenal pula kepandaian menenun, membuat pakaian dari serat atau kulit kayu dan dalam bidang kesenian telah mampu membuat barang –barang dari batu dan perunggu, dengan nilai seni yang tinggi.
Di samping itu, masyarakat awal Indonesia telah memiliki masyarakat yang teratur dengan kelompok suku, mengenal pemujaan terhadap roh nenek moyang, mengenal teknik perundagian dan terkenal sebagai bangsa pelaut yang ulung.
Dengan demikian, ketika budaya India masuk ke Indonesia pada awal tarikh masehi lewat hubungan perdagangan, dengan mudah masyarakat awal Indonesia dapat menerima budaya India tersebut. Unsur –unsur budaya India berpengaruh dalam berbagai bidang, terutama bidang politik (pemerintahan), sosial, seni dan budaya serta agama.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment