Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia

Sebelum membahas kehidupan manusia purba Indonesia, ada baiknya kita mengetahui dulu pembabakan atau periodesasi masa prasejarah di Indonesia. Periodesasi masa prasejarah ini dibagi secara geologis dan arkeologis.


1. Periodesasi Berdasarkan Geologi


Periodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geologi ini dilakukan untuk mengetahui terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti saat kini, melalui lapisan lapisan bumi. Cabang ilmu yang mempelajari hal ikhwal usia fosil dan benda benda purbakala adalah paleontologi; ilmuwannya disebut paleontologis.


Melalui lapisan lapisan bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda benda purbakala yang ada. Melalui pemeriksaan laboratorium, akan diketahui berapa kira kira usia bumi beserta makhluk yang pernah menghuninya. Berikut adalah uraian mengenai tahapan tahapan terciptanya bumi.


Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia


Ahli geologi membagi proses pembentukan bumi menjadi empat, yaitu Zaman Arkhaikum, Zaman Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum.


a. Masa Arkaikum (2.500 juta tahun yang lalu)


Masa Arkaikum merupakan masa awal; artinya masa awal pembentukan bumi dari inti sampai kulit bumi. Kondisi bumi pada saat itu belum stabil dan memiliki udara yang sangat panas sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan. Batuan tertua tercatat berumur kira kira 3,8 milyar tahun.


b. Masa Palaeozoikum (340 juta tahun yang lalu)


Palaeozoikum artinya adalah zaman bumi purba; maksudnya masa ketika pada permukaan bumi mulai terbentuk hidrosfer dan atmosfer. Saat itu sudah mulai ada tanda tanda kehidupan dengan munculnya organisme bersel tunggal yang kemudian berkembang menjadi organisme bersel banyak (multiseluler).


Zaman hidup pertama di bumi terbagi menjadi beberapa tahap kehidupan, antara lain, sebagai berikut.


 Cambrium, ada kehidupan amat primitif seperti kerang dan ubur ubur.

 Silur, mulai ada kehidupan hewan bertulang belakang, misalnya, ikan.

 Devon, mulai ada kehidupan binatang jenis amfibi tertua.

 Carbon, mulai ada binatang merayap jenis reptil.

 Perm, mulai ada hewan darat, ikan air tawar, dan amfibi.


c. Zaman Mezoloikum (140 juta tahun yang lalu)


Pada zaman Mezoloikum ini bumi mengalami perkembangan yang sangat cepat dengan ditandai munculnya hewan hewan bertubuh besar, seperti reptilia pemakan daging. Pada masa ini jenis reptilia meningkat jumlahnya, dinosaurus menguasai daratan, ichtiyosaurus berburu di dalam lautan, dan pterosaurus merajai angkasa.


Zaman Mesozoikum disebut zaman sekunder (zaman hidup kedua) dan disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil yang besar seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Zaman ini terbagi menjadi tiga.

a. Trias, terdapat kehidupan ikan, amfibi, dan reptil.

b. Jura, terdapat reptil dan sebangsa katak.

c. Calcium, terdapat burung pertama dan tumbuhan berbunga


Reptil pada zaman Mesozoikum

Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia


Ikan yang hidup di darat kemudian berubah (mengalami evolusi), siripnya tumbuh menjadi kaki yang kuat, ekornya tumbuh semakin panjang, kepalanya semakin besar dan keras, hewan ini merupakan jenis amfibi.


Beberapa jenis hewan amfibi tumbuh menjadi semakin besar bahkan melebihi seekor buaya, bentuknya berubah, sisiknya menjadi besar. Telurnya berkulit keras seperti telur ayam (inilah yang kita kenal dengan nama Dinosaurus, Brontosaurus, dan Atlanto-saurus).


Umumnya Dinosaurus pemakan tumbuhan, kecuali Tyranosaurus. Rahangnya amat besar, giginya banyak dan panjang. Brontosaurus besarnya sepuluh kali gajah, hidupnya di air karena air membantu meringankan berat badannya.


Ada juga reptil yang bisa terbang, mempunyai sayap yang lebar dan mampu terbang berjam jam di udara mencari makanan. Paruhnya panjang digunakan untuk menyambarikan yang tampak di permukaan air, salah satu jenisnya adalah Pteranodon.


d. Zaman Neozoikum (60 juta tahun yang lalu)


Neozoikum atau kainozoikum artinya zaman baru. Zaman ini dibagi lagi menjadi dua era, yakni:


(1) Zaman Tersier


Setelah zaman reptil raksasa punah, terjadi perkembangan jenis kehidupan lain seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta. Sementara itu, muncul pula fauna laut seperti ikan dan moluska, sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Sedangkan tumbuhan berbunga terus berevolusi menghasilkan banyak variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat, dan rumput.


(2) Zaman Kuarter


Pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan terjadi silih berganti, seiring dengan perubahan cuaca secara global. Zaman Kuarter terdiri dari dua kurun waktu, yakni kala Plestosen dan kala Holosen.


(a) Kala Plestosen: dimulai sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa Plestosen paling sedikit telah terjadi 5 kali zaman es (zaman glasial). Pada zaman glasial sebagian besar Eropa bagian utara, Amerika bagian utara, dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen dan Pegunungan Himalaya.


Fosil badak purba zaman plestosen yang ditemukan di Jawa Timur


Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia

Keadaan flora dan fauna yang hidup pada Kala Plestosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang. Dalam kehidupan manusia purba, pada kala inilah muncul manusia purba Pithecanthropus erectus.


(b) Kala Holosen: mulai muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu. Manusia modern seperti manusia sekarang, diperkirakan muncul pada kala Holosen ini.


2. Periodesasi Berdasarkan Arkeologi 


Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia


Pembabakan prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi ini bertujuan untuk mengetahui usia manusia purba berdasarkan peninggalan benda benda purbakala. Benda benda tersebut dapat berupa perkakas rumah tangga, patung, coretan di gua gua, dan fosil purba.


Manusia purba menggunakan alat alat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari dan mengolah makanan dengan menggunakan perkakas dari batu atau benda benda alam lainnya yang keras seperti kayu dan tulang.


a. Zaman Palaeolitikum


Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.


Ciri ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden).


Di Indonesia, manusia purba yang hidup pada masa ini adalah manusia setengah kera yang disebut Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus robustus, Meganthropus palaeojavanicus. Juga selanjutnya hidup beberapa jenis homo (manusia), di antaranya Homo soloensis dan Homo wajakensis.


b. Zaman Mezolitikum


Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini disebut pula zaman ”mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut”, yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau.


Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman Palaeolitikum, manusia zaman Mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan.


Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia


Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan. Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat alat kesenian yang ditemukan di gua gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950.


Van Stein Callenfels menemukan alat alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun.


c. Zaman Neolitikum


Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak.


Rumah panggung di Kalimantan Barat, bentuknya telah ada sejak zaman Neolitikum.

Proses Muncul dan Berkembangnya Kehidupan Awal Manusia dan Masyarakat di Kepulauan Indonesia


Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas. Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten.


Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang.


Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia.


d. Zaman Megalitikum


Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam.


Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.


Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundak undak, serta arca.


Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan bertingkat tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.


Batu menhir pun ditemukan di Sumatera Barat. Menhir ini ditanam dengan posisi menghadap Gunung Sago (”sago” artinya sawarga atau surga). Dalam tradisinya dikenal pemujaan terhadap gunung yang dianggap sebagai tempat bermukim roh nenek moyang atau penguasa alam.


e. Zaman Perunggu


Manusia purba Indonesia hanya mengalami Zaman Perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda).


Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000 -2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian.


Alat alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat alat keperluan sehari hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak. Pembuatan alat alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi.


Di luar Indonesia, berdasarkan bukti bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga daripada besi. Teknik peleburan perunggu ini berasal dari budaya Dong Son di Tonkin (Vietnam).


Kapak kapak perunggu yang dibuat di Indonesia terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Salah satu bentuk yang menarik adalah kapak candrasa yang ditemukan di Jawa dan kapak kapak upacara lain yang ditemukan di Bali dan Roti. Candrasa dari Pulau Roti dibuat dari perunggu, berukuran 78×41,5 cm.


Pada mata kapak ini terdapat hiasan kepala manusia atau topeng dengan kedua telapak tangan terbuka di samping pipinya, dipadu dengan hiasan pola garis garis. Artefak yang paling menarik dari masa ini adalah genderang perunggu yang amat besar, disebut nekara.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Bangsa Secara Politis, Sosiologis dan Antropologis Serta Contohnya

3 Sifat Negara (Memaksa, Monopoli & Mencangkup Semua) Pengertian dan Contohnya Lengkap